BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lalu lintas di Kota Bumiayu,
Kabupaten Brebes , Jawa Tengah menjelang arus mudik
lebaran 2016 mengalami kemacetan yang
cukup parah. Kemacetan lalu lintas di jalur tengah terutama di wilayah
Kecamatan Bumiayu telah menyengsarakan dan menyulitkan masyarakat sekitar.
Kondisi akan semakin parah jika jalur kota juga mengalami kemacetan karena
selain akan menghambat aktivitas ekonomi warga juga akan membahyakan warga.
Salah satu pemicu terjadinya kemacetan adalah kendaraan berat banyak yang
melintas di jalan ini sedangkan kondisi jalan sempit.
Jalan
lingkar adalah jalan yang melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk
mengalihkan sebagai arus lalu lintas terusan dari pusat kota. Biasanya
merupakan bagian jaringan jalan dengan pola radial membentuk ring radial.
Seperti halnya di kawasan jalan lingkar Bumiayu merupakan jalan yang memiliki
fungsi untuk mengalihkan arus lalu lintas dari pusat kota Bumiayu. Selama ini
kebijakan mengenai pengalihan arus lalu lintas dari jalur kota Bumayu ke Jalan Lingkar Bumiayu saat mudik berlangsung, menjadi pemecah permasalahan
kemacetan di kota Bumiayu Dengan ada nya jalan lingkar tersebut diharapkan arus
lalu lintas dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan dan kendala
Namun pada
kenyataannya semakin banyaknya kendaraan yang melintasi jalan lingkar Bumiayu
maka volume kendaraan akan meningkat sedangkan kapasitas jalan tidak memenuhi
jumlah volume tersebut, hal ini justru akan menyebabkan kemacetan parah di
jalan lingkar tersebut. Selain jalan yang banyak tanjakan dan tikungan juga
mengakibatkna kendraan berat harus antri karena menunggu kendaraan di depannya
yang akan melintas. Oleh sebab itu,
kebijakan mengenai pengalihan arus lalu lintas saat mudik berlangsung
perlu adanya evaluasi dalam pelaksanaannya sehingga masalah kemacetan lalu lintas di Bumiayu
dapat diminimalisir.
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah berfokus
pada masalah kemacetan lalu lintas dengan memperhitungkan
tingkat kapasitas jalan dan kendraan yang melintas serta factor penyebab yang
menjadi pemicu terjadinya kemacetan lalu
lintas di Jalan lingkar Bumiayu. Kabupaten Brebes.
1.3
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang menyebabkan jalan
lingkar Bumayu mengalami kemacetan lalu lintas saat arus mudik berlangsung?
2.
Bagaimana solusi yang terbaik
agar arus lalu lintas di jalan Lingkar
Bumiayu lancar dan aman?
1.4
Tujuan
Kegiatan penelitian ini
dilakukan oleh penulis agar dapat menyajikan data yang akurat sehingga dapat
memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka
penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas di kawasan jalan
Lingkar Bumiayu ?
2. Mengevaluasi kebijakan pemerintah daerah setempat mengenai pengalihan arus lalu
lintas di jalan Lingkar Bumiayu.
3. Memberikan solusi yang tepat untuk menangani permasalahan kemacetan lalu
lintas di Jalan Lingkar Bumiayu.
1.5
Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat yang diharapkan penulis dapat diperoleh dari penulisan penelitian ini
antara lain :
1.
Menambah
wawasan llmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
2. Penulis dapat mengetahui penyebab
terjadi kemacetan lalu lintas di Jalan Lingkar Bumiayu, sehingga dapat
mengevaluasi kebijakan pemerintah daerah setempat mengenai pengalihan arus lalu
lintas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan
peninjauan kembali pustaka-pustaka yang
terkait (review of related literature). Sesuai
dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan
kembali tentang masalah-masalah yang berkaitan. Pada bab ini penyusunan
tinjauan pustaka dimaksudkan sebagai landasan teori dalam pengambilan suatu
keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan serta mengevaluasi suatu
keputusan yang telah dilaksanakan. Dasar teori itu sendiri diambil dari teori
mengenai elemen-elemen dasar dalam pengambilan suatu keputusan.
Adapun
elemen-elemen dasar yang perlu di perhatikan dalam mengambil dan mengevaluasi
suatu keputusan terkait permasalahan kemacetan lalu lintas di jalan Lingkar
Bumiayu Kabupaten Brebes antara lain:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi Permasalahan
3. Mengembangkan sejumlah alternatif
4. Penilaian dan pemilihan alternatif
5. Melaksanakan keputusan
6. Evaluasi dan pengendalian
2.1 Elemen
Dasar Pengambilan Keputusan
a.
Menetapkan tujuan
Artinya
pengambil keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuanya
,apakah spesifik yang dapat diukur hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum.
Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif
atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan
oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat
kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi
kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang
mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut
pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada
tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
b.
Mengidentifikasi
permasalahan
Proses
pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi.
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan
yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat
berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional
yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain.
Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat
atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat
diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam
mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada,
pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penyebab permasalahan yang
sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga
diri.
c.
Mengembangkan
sejumlah alternative
Setelah
permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk
menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik
intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang
diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif
memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan
membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan
keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua
alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya
seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah
seringkali terbatas.
d.
Penilaian
dan pemilihan alternative
Setelah
berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap
masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif
yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan
tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif
yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak
dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik
untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
e.
Melaksanakan
keputusan
Jika
salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut
kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi
sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak
diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh
pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen
dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies,
1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu
keputusan seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan
tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit
diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat
keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan
penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
f.
Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan
tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai.
Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang
diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah
diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan
tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih
ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau
melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan
keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan
sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
2.2 Kemacetan lalu lintas
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas
yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan
tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau
melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian (Wikipedia)
2.3 Pengalihan arus lalu lintas
Pengalihan arus lalu lintas merupakan salah satu
metode untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dengan cara menutup jalan yang
relative ramai aktivitas perkotaan dengan memasang rambu-rambu penunjuk arah
agar setiap pengemudi beralihkan menggunakan jalan alternative
2.4 Sistem Satu Arah
SSA merupakan suatu pola lalu lintas yang dilakukan
dengan merubah jalan dua arah menjadi jalan satu arah yang berfungsi untuk
meningkatkan keselamatan dan kapasitas jalan dan persimpangan sehingga
meningkatkan kelancaran lalu lintas yang biasanya diterapkan diwilayah
perkotaan.
Ada beberapa alasan yang digunakan untuk
menjustifikasi pemberlakuan sistem satu arah disuatu kawasan, yaitu:
·
Jalan terlalu sempit untuk memingkinkan lalu lintas dua arah
·
Untuk menhindari jalan digunakan sebagai jalan tikus
·
Bagian dari pasangan dari jalan satu arah
·
Meningkatkan kelancaran arus lalu lintas dalam rangka mengurangi
kemacetan lalu lintas
·
Meningkatkan keselamatan, karena banyak kendaraan yang memutar balik dan
mengakibatkan konflik
·
Untuk mengurangi arus lalu lintas di kawasan bersejarah
BAB
III
DETAIL
PERMASALAHAN
A. Data
Hasil Survey
Survey dilakukan dengan
menghitung volume lalu lintas dan inventarisasi ruas jalan sejauh 440 meter.
Data ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan dari ruas jalan
Lingkar Bumiayu tersebut saat mudik lebaran berlangsung, sehingga kita dapat
mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan secara langsung.
1. Data
TC ( Traffic Counting )
·
Lajur Kiri
Waktu
|
UM
|
MC
|
LV
|
HV
|
MC*0.35
|
LV*1
|
HV*1.2
|
Jumlah
SMP
|
06.30-06.45
|
13
|
145
|
42
|
11
|
50.75
|
42
|
13.2
|
105.95
|
06.45-07.00
|
7
|
153
|
54
|
21
|
53.55
|
54
|
25.2
|
132.75
|
07.00-07.15
|
9
|
104
|
56
|
16
|
36.4
|
56
|
19.2
|
111.6
|
07.15-07.30
|
11
|
152
|
39
|
21
|
53.2
|
39
|
25.2
|
117.4
|
07.30-07.45
|
6
|
244
|
37
|
13
|
85.4
|
37
|
15.6
|
138
|
07.45-08.00
|
15
|
301
|
34
|
21
|
105.35
|
34
|
25.2
|
164.55
|
08.00-08.15
|
4
|
211
|
31
|
21
|
73.85
|
31
|
25.2
|
130.05
|
08.15-08.30
|
16
|
201
|
55
|
25
|
70.35
|
55
|
30
|
155.35
|
·
Lajur Kanan
Waktu
|
UM
|
MC
|
LV
|
HV
|
MC*0.35
|
LV*1
|
HV*1.2
|
Jumlah
SMP
|
06.30-06.45
|
12
|
144
|
22
|
10
|
50.4
|
22
|
12
|
84.4
|
06.45-07.00
|
13
|
137
|
54
|
21
|
47.95
|
54
|
25.2
|
127.15
|
07.00-07.15
|
17
|
101
|
56
|
8
|
35.35
|
56
|
9.6
|
100.95
|
07.15-07.30
|
22
|
152
|
23
|
16
|
53.2
|
23
|
19.2
|
95.4
|
07.30-07.45
|
11
|
108
|
32
|
11
|
37.8
|
32
|
13.2
|
83
|
07.45-08.00
|
9
|
171
|
29
|
15
|
59.85
|
29
|
18
|
106.85
|
08.00-08.15
|
4
|
86
|
23
|
11
|
30.1
|
23
|
13.2
|
66.3
|
08.15-08.30
|
19
|
189
|
43
|
21
|
66.15
|
43
|
25.2
|
134.35
|
Dari
data Traffic Counting maka dapat disimpulkan bahwa volume lalu lintas adalah 1317.723
smp/jam.
2. Inventarisasi
Ruas Jalan
Dimensi Ruas Jalan RA. Kartini
Panjang Ruas Jalan : 440 m
Lebar jalan efektif : 5,3
m dua lajur
Lebar Jalan : 6.5
m
Jumlah Lajur Lalu Lintas : 2/2 UD
Lebar Bahu Jalan kiri : Kanan = 0,4 m dan Kiri = 0,4 m
Jarak jalan dengan rambu :
1,30 m
Drainase : 50
cm
Data Perlengkapan Jalan
Rambu : 10 buah
Marka : 4 jenis
APILL : 1 buah
Perhitungan Kapasitas
Ruas jalan dilakukan dengan menggunakan Indonesian Highway Capacity Manual
(IHCM 1997) untuk daerah perkotaan dengan formula sebagai berikut :
a. Kapasitas
Dasar (Co)
Kapasitas dasar
Co ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang tertera pada
Tabel Kapasitas Dasar berikut:
Tipe jalan termasuk 2
jalur tanpa pembatas median maka Co = 2900
b. Faktor
koreksi kapasitas akibat pembagian arah (FCsp)
Penentuan faktor
koreksi untuk pembagian arah didasarkan pada kondisi arus lalu lintas dari
kedua arah atau untuk jalan tanpa pembatas median. Untuk jalan satu arah
dan/atau jalan dengan pembatas median, faktor koreksi kapasitas akibat
pembagian arah adalah 1,0.
FCsp = 0.97
c. Faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan
(FCw)
Faktor koreksi ini ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang
dapat terlihat pada Tabel Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan (FCw)
berikut:
Lebar jalan efektif adalah 2.1 m
Maka FCw = 0.56
d. Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan
samping (FCsf)
Faktor koreksi untuk ruas jalan yang mempunyai bahu jalan didasarkan
pada lebar bahu jalan efektif (Ws) dan tingkat samping yang penentuan
klasifikasinya dapat terlihat pada Tabel Klasifikasi Gangguan Samping.
Sementara faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping (FCsf) untuk jalan
yang mempunyai bahu jalan dapat terlihat pada Tabel Faktor Koreksi Kapasitas
Akibat Gangguan Samping (FCsf) untuk Jalan yang Mempunyai Bahu Jalan dan Tabel
Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Gangguan Samping (FCsf) untuk Jalan yang
Mempunyai Kereb.
FCsf = 1
e. Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota
(FCcs)
Sesuai dengan satuan lalu lintas yang akan dibebankan kepada jaringan
jalan serta kapasitas ruas-ruas jalan yang disimulasikan, maka seluruh jenis
kendaraan dikonversikan kedalam satuan mobil penumpang (smp), dengan besarnya
Faktor Ekivalen smp Per Jenis Kendaraan dan Menurut Jenis Ruas Jalan (IHCM
1997) adalah dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
FCcs =
0.90
Dengan volume = 1317.723
C =
1417.752
V/C = 0.929445347
Dari bebrapa perhitungan mengenai Volume dan kapasitas
jalan yang ada di ruas Jalan Lingkar Bumiayu diperoleh kesimpulan bahwa dengan V/C Ratio tersebut diperoleh
Tingkat Pelayanan dalam klasifikasi
0.9-1.0 dimana kondisi pelayanan kurang baik, dengan kendaraan berjalan dengan
banyak hambatan. Sehingga lalu lintas di Jalan Lingkar Bumiayu mengalami
kemacetan lalu lintas cukup tinggi saat arus mudik lebaran berlangsung. Inilah salah satu
permasalahan lalu lintas yang sering menjadi perhatian khusus oleh pemerintah
daerah karena sangat mrugikan pengguna jalan dan masyarakat sekitar.
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk
mengevaluasi kebijakan tentang kebijakan pengalihan arus lalu lintas ke Jalan
Lingkar Bumiayu dapat dilakukan dengan
menggunakan elemen dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1.
TUJUAN
Dalam mengevaluasi suatu kebijakan
kita harus memperhatikan tujuan yang akan menjadi tolak ukur untuk
menyelasaikan masalah tersebut, adapun tujuan umum kebijakan mengenai
pengalihan arus lalu lintas pasca mudik saat lebaran di jalan Lingkar Bumiayu
Kab Brebes adalah untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan lalu lintas yang ada di pusat Kota Bumiayu Kab. Brebes.
Selain itu dalam mengkaji tujuan umum diatas maka akan
muncul tujuan khusus yang lebih terfokuskan pada masalah yang terjadi Jalan Lingkar
Bumiayu Kab. Brebes. Adapun tujuan khusus tersebut adalah sebagi berikut:
a. Sebagai
solusi pemecahan masalah kemacetan lalu lintas,
b. Memudahkan
pengguna jalan dalam melakukan pergerakan dan beraktivitas
c. Menghindari
kendaraan berat melintasi kota yang akan berdampak kemacetan tinggi
d. Memudahkan
pihak kepolisan dan dinas terkait dalam mengatur serta menertibkan lalu lintas
saat mudik lebaran
f. Menciptakan
tingkat estetika jalan yang rapih, aman dan berkeselamatan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah untuk
menjadi pertimbangan kepada Dinas Perhubungan dalam menentukan penerapan
kebijakan selanjutnya agar dalam mengambil suatu kebijakan dapat terwujudkan
sesuai dengan yang diharapkan.
2.
MENGIDENTIFIKASI
MASALAH
Dalam melaksanakan suatu
kebijakan yang telah di tetapkan akan muncul berbagai permasalahan yang terkait.
Adapun identifikasi masalah yang terjadi akibat kebijakan mengenai pengalihan
arus lalu lintas tersebut antara lain:
a.
Banyaknya
antrian kendaraan yang berada di ruas jalan Lingkar Bumiayu
Kab. Brebes.
b.
Meningkatnya
kemacetan lalu lintas
pasca mudik lebaran berlangsung
c.
Banyaknya
pengguna jalan yang tidak
menaati peraturan lalu lintas
d.
Banyaknya
kerusakan jalan akibat terlalu banyak kendaraan berat melintas jalan tersebut
e.
Timbulnya
kecelakaan lalu lintas akibat berdesak-desakan saat terjadi kemacetan yang
tinggi.
Dari
berbagai masalah tersebut akan muncul dampak bagi pihak yang terkait , antara
lain:
a.
Dampak
bagi lalu lintas
Adapun
dampak yang timbul akibat pengalihan arus lalu lintas di jalan Lingkar Bumiayu adalah terhambatnya kelancaran arus lalu
lintas di Jalan Lingkar Bumiayu Hal ini
dikarenakan terjadi di simpang pertemuan antara
jalan kota Bumiayu dan jalan Pagojengan dimana kendaraan yang berasal
dari ruas jalan Lingkar bertemu dengan kendaraan yang berasal dari jalan kota
Bumiayu sehingga puncak kemacetan terjadi di satu titik yang berakibat ke ruas
jalan Lingkar yang menjadi lokasi pengalihan arus kendaraan. Serta menyempitnya
lebar jalan efektif yang dikarenakan adanya kegiatan jual beli di badan jalan. Fenomena
ini juga sudah banyak ditemukan di ruas jalan yang ada di Indonesia.
b.
Dampak bagi lingkungan
Adanya
aktivitas mudik lebaran yang berlangsung
berdampak kepada menurunnya kualitas lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan makhluk hidup (khusunya manusia), misalnya tingkat pencemaran
lingkungan bertambah (banyaknya tumpukan sampah yang ditimbulkan dan
meningkatnya polusi udara akibat kemacetan lalu lintas) dan parameter-parameter
lingkungan lainnya.
Selain
itu juga menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan bagi keindahan kota, karena
menumpuknya sampah-sampah yang berhamburan yang dibiarkan begitu saja tanpa ada
yang mengurus dan mengelola.
c.
Dampak bagi ruas jalan
Adanya
aktivitas mudik lebaran
berlangsung, berdampak kepada disfungsi ruas jalan. Banyaknya
ruas jalan yang mengalami kerusakan dan berlubang akibat menngkatnya sejumlah
kendaraan berat yang melintas sedangkan jalan Lingkar ini kapasitas jalannya
tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
3.
MENGEMBANGKAN
SEJUMLAH ALTERNATIF
Berdasarkan hasil analisa
menegenai pemasalahan kemacetan yang diakibatkan oleh pengalihan arus lalu lintas ke jalan
Lingkar Bumiayu pasca mudik lebaran, maka kita dapat melakukan rekomendasi untuk melakukan sejumlah
pengembangan alternatif yaitu:
a.
Pelebaran
jalan
Alternative
ini dapat dilakukan karena lebar jalan yang ada di jalan Lingkar Bumiayu Kab.
Brebes kurang luas yaitu 6.5m sedangkan jalan Lingkar Bumiayu termasuk fungsi
jalan local dengan ketetapan lebar jalan
adalah 6-8 meter sehingga masih jalan Lingkar Bumiayu tersebut dapat dilakukan
pelebaran jalan dengan lebar 2cm untuk jalur kanan dan kiri, sehingga kapasitas
jalan dapat dimaksimalkan dengan baik. Selain itu tata guna lahan di jalan
Lingkar Bumiayu merupakan persawahan dan lahan kosong maka pelebaran jalan
dapat dilakukan sebagai pemilihan alternative.
b.
Rekayasa
jalur
Merekayasa
jalur harus sering dilakukan, seperti memperluas jalur 3 in 1, serta membuat
jalur one way. Jalanan macet terjadi itu karena banyaknya kendaraan pribadi
yang hanya mengangkut 1 orang saja. Dengan merekayasa jalur seperti
memberlakukan jalur one way untuk arus yang menuju ke arah Purwokerto dapat
melintasi jalan Lingkar Bumiayu sedangkan arus dari arah Purwokerto menuju
Jakarta di alihkan ke jalan kota Bumiayu hal ini hanya berlaku pasca mudik lebaran berlangsung.
Sedangkan saat tiba arus balik system rekayasa jalur one way berlaku
sebaliknya. Dari pemilihan alternative tersebut diharapkan kemacetan dapat
diminimalisisr tidak hanya terjadi pada satu titik yang menjadi pucak lokasi
kemacetan lalu lintas.
c.
Menutup
jalan putar balik
Pada
saat arus mudik dan arus balik berlangsung umumnya kepadatan lalu lintas tidak
dapat dihindari, bahkan yang menjadi pemicu biasanya lokasi – lokasi dimana
kendaraan sering melkukan putar balik untuk menghindari macet, hal ini
mengakibatkan kendaraan yang berada dibelakangnya mengalami antrian panjang
untuk menunggu giliran melakukan putar balik juga, ini sangat mangganggu
kelancaran lalu lintas bagi kendaraan yang tidak akan melakukan putar balik.
Dengan menutup jalan putar balik menjadi salah satu pemilihan alternative dalam
menangani permasalahan kemacetan yang terjadi di Jalan Lingkar Bumiayu, dan
pengguna jalan akan lebih nyaman saat dalam perjalanan.
d.
Diberlakukan
jam masuk yang berbeda
Untuk
mengurangi kemacetan lalu lintas yang terjadi di jalan lingkar Bumiayu ,
kendaraan besar dibatasi untuk memasuki kota Bumiayu. Hal ini dikarenakan Kota
Bumiayu semakin dipadati kendaraan roda empat dan roda dua yang berukuran kecil
sehingga kerap kali terjadi kemacetan sedangkan mengingat jalan yang tidak
mampu menampung volume kendaraan.
4.
PENILAIAN DAN
PEMILIHAN ALTERNATIF
a.
Alternative 1
Dapat
dilakukan namun harus dengan pertimbangan yang matang dengan melakukan beberapa
kajian terlebih dahulu mengenai biaya yang akan dikeluarkan Negara dalam
menangani masalah yang terjadi di Jalan Lingkar Bumiayu Kab. Brebes.
b.
Alternative
2
Dengan melakukan rekayasa jalur menjadi jalur one way
( satu arah ) ini merupakan salah satu alternative yang dapat diambil, rekayasa
lalu lintas ini diberlakukan hanya pada waktu pasca mudik lebaran berlangsung,
sedangkan pada saat hari-hari biasa tidak diberlakukan lagi.
c.
Alternative
3
Ruas jalan Lingkar Bumiayudisepanjang jalannya tidak
memiliki simpang empat, sehingga banyak pengguna jalan yang mengakomodir
pergerakan lalu lintasnya dengan putar balik arah di beberapa titik. Berhubung
dijalan Lingkar tidak memilki median jalan maka pengguna jalan akan lebih sulit
diarahkan untuk menaati larangan putar balik tersebut. Sehingga alternative ini
cukup sulit untuk dapat dilaksanakan.
d.
Alternative
4
Dapat dilakukan namun perlu memperhitungkan lebih
matang akibat yang akan timbul. Pemberlakuan jam masuk yang berbeda pada pasca
mudik sangat sulit dilakukan , semua kendaraan akan berusaha menerobos jalan
bahkan mencari jalan alternative yang lebih cepat. Hal ini dapat menimbulkan
penumpukan kendaraan pada jam tertentu khususnya saat jam kendaraan berat
melintas , sehingga akan mengganggu jam kendraan berikutnya yang akan melintas.
Dari
beberapa sejumlah alternative yang ada maka di pilih alternative yang paling
sesuai, sehingga akan dihasilkan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun pilihan alternative tersebut adalah melakukan rekayasa jalur menjadi one way ( satu arah
). Alternative ini dipilih karena kemacetan yang terjadi di jalan Lingkar
Bumiayu hanya pada saat hari-hari tertentu khususnya pasca mudik lebaran
berlangsung. Selain tidak mengeluarkan dana yang cukup tinggi alternative ini
dinilai sangat tepat untuk dilakukan dalam program rekayasa lalu lintas jangka
pendek sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan disatu titik arus lalu
lintas. Dimana jalur one way ini direkayasa untuk jalan Lingkar akan dialihkan
arus dari arah Jakarta – Purwokerto, sedangkan jalan kota akan di lewati
kendaraan dari arah Purwokerto – Jakarta ini berlaku saat arus mudik pada H-5 .
sedangkan saat arus balik rekayasa jalur one way diberlakukan sebaliknya
menjelang H+2.
5.
MELAKSANAKAN
KEPUTUSAN
Melakukan rekayasa jalur menjadi one way
yang akan di terapkan pasca mudik dan lebaran di jalan Lingkar Bumiayu dan kota
Bumiayu akan memiliki dampak positive dan negative bagi pihak yang
terkait,yaitu sebagai berikut :
a.
Pengguna
jalan
Meningkatkan keselamatan karena berkurangnya konflik
antara kendaraan dengan kendaraan dan pejalan kaki dengan kendaraan akibat
kendaraan berlawanan arah pada malam hari apalagi saat mudik lebaran berlangsung volume kendaraan akan
semakin meningkat. Namun terkadang menimbulkan banyak keluhan masyarakt sekitar
karena mereka harus menempuh jalan lebih panjang untuk sebagian kendaraan yang
akan melakukan pergerakan jarak pendek. Bahkan memicu demo bagi mereka yang
kontra dan merasa dirugikan akibat keputusan tersebut.
b.
Pihak
keamanan
Dalam rangka mewujudkan jalan di Bumiayu yang memilki
arus lalu lintas lancar dan terkendali maka pemerintah menunjuk pihak keamanan sebagai penanggung jawab
dilapangan.
Pihak keamanan yang bertanggung jawab yaitu satpol pp , kepolisian , dan dinas
perhubungan. Bagi pihak keamanan akan merasa diuntungkan karena mempermudah
kinerja mereka dalam mengatur lalu lintas dan mengatasi kemacetan di ruas jalan
Bumiayu, sehingga kondisi jalan dapat lebih kondusive dan mudik dapat berlangsung
dengan lancar tanpa ada hambatan. Namun pihak keamanan terkadang kewalahan
dalam mengatasi gerakan membelok pengguna jalan yang dilakukan di tempat lain,
hal ini dapat menimbulkan masalah lingkungan apabila teknis ini diterapkan pada
ruas dikawasan perumahan.
c.
PEMDA
Pemerintah daerah setempat dapat meminimalisir biaya
pengeluaran daerah dalam mengatasi lokasi kemacetan lalu lintas yang terjadi di
Bumiayu, karena kebijakan ini relative cepat untuk direalisasikan dibandingkan
dengan melakukan pelebaran jalan atau membangun jalan baru.
mebutuhkan dana yang cukup besar untuk menambahan
ataupun penggantian alat pengatur lalu lintas saat mudik lebaran berlangsung.
6.
EVALUASI DAN
PENGENDALIAN
Setelah
diterapkannya kebijakan tersebut sangat diperlukan adanya evaluasi untuk dijadikan sebagai
perbaikan dari segala bentuk kekurangan yang ada. Adapun evaluasi terhadap
kebijakan rekayasa jalur one way antara lain:
a.
Masih banyak pengguna
jalan yang melakukan putar balik kendraan ditempat lain, hal ini justru akan
menimbulkan penumpukan kendaraan di tempat lain.
b.
Banyak masyarakat
enggan menaati paraturan yang ada sehingga masyarakat melakukan pelanggaran
lalu lintas dengan menerobos jalan alternative/ jalan tikus
c.
Pengguna jalan lebih
cenderung memacu kecepatannya karena merasa tidak adanya konflik lalu lintas
setelah adanya jalur one way.
Perencanaan jalur satu arah harus mengambil
beberapa langkah pengendalian sebagai
berikut :
a.
Melakukan system
perambuan dan melengkapi peralatan pengamanan
Untuk
melengkapi Sistem satu arah perlu dilengkapi dengan perambuan seperti rambu
larangan parkir, rambu larangan belok kanan, atau larangan
belok kiri, Rambu
perintah belok kanan atau belok kiri,
Rambu
petunjuk satu arah, Marka
simbol panah. Dan menambah fasilitas
alat pengamanan jalan seperti traffic count,barier serta menambahkan
posko-posko mudik untuk lokasi istirahat serta pantauan arus lalu lintas di
jalan.
b.
Melakukan
sosialisasi
Langkah
penting yang harus dilakukan adalah sosialisasi terhadp masyarakat setempat
agar masyarakat tidak merasa kebingungan dalam memahami rute perjalan saat
dijalan tersebut serta penentuan titik awal sampai titik akhir jalur one way
itu diberlakukan.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari beberapa evaluasi mengenai pengalihan arus lalu lintas ke jalan
Lingkar Bumiayu pasca Mudik lebaran dapat disimpulkan bahwa:
a.
Pengalihan arus dinilai kurang efektive dalam
menangani permasalahan kemacetan lalu lintas pada saat mudik lebaran.
b.
Pengalihan arus hanya menangani permasalahan
kemacetan yang ada kota Bumiayu dan
mengalihkan permasalahan kejalan Lingkar Bumiayu
c.
Sistem satu arah merupakan salah satu pemilihan alternative
yang dianggap paling efektive
5.2 SARAN
Saat menerapkan kebiajakan system satu arah di jalan Lingkar Bumiayu dan kota Bumiayu harus
memperhatikan beberapa hal diantaranya menentukan titik awal dan titik akhir
ruas jalan dimana kebijakan system satu
arah diberlakukan, hambatan samping seperti parkir-parkir liar dibahu jalan
harus di tiadakan karena dengan adanya hambatan samping akan mengganggu
kelancaran lalu lintas di ruasjalan tersebut , menambahkan alat pengaman
seperti median dengan menggunakan traffic count, barier, serta alat pembatas jalur
, menentukan jalur alternative untuk mngalihkan arus local agar arus local dapat dengan mudah mengakses jalan sehingga
lebih efektive saat berlalu lintas.
LAMPIRAN
a.
Gambaran lokasi
Berikut adalah gambar lokasi penelitian.
a.
Dokumentasi
a. Kondisi lalu lintas mengalami kemacetan yang tinggi
b. Banyak kendaraan bermuatan besar melintas pasca mudik
dan arus balik lebaran
c.
Lampu lalu lintas yang tidak berfungsi
d.
Kerusakan jalan
Daftar Pustaka: